Masa Kecil Tanpa Gadget Itu Indah atau Membosankan?

Oleh: IMMawati Agustina Dhewi S

(Kepala Bidang Riset Pengembangan Keilmuan IMM F.Psikologi UAD 2016/2017)

Banyak permain tradisional yang sudah tidak dikenal oleh anak di Indonesia. Padahal dengan permainan tradisional anak-anak bisa melatih fisik, kreatifitas, ketangkasan, dan kerjasama. Hal ini bisa melatih anak dalam bersosialisasi kepada orang lain. Tidak hanya itu, permainan tradisional yang biasanya dimainkan lebih dari satu orang ini juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri, kejujuran, sabar, kegigihan dan nilai-niai moral lainnya.  Namun, seiring berkembangnya teknologi banyak anak yang kurang bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya.

Di jaman serba canggih seperti ini, orang tua pun seperti berlomba-lomba memberikan perangkat elektronik kecil yang kita sebut “gadget” kepada anak-anaknya tanpa menimbang dampak yang akan terjadi. Gadget mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan anak-anak jaman sekarang. Bahkan usia 2 tahun pun sudah tidak asing lagi dengan gadget.  Pada otak manusia bagian depan memiliki fungsi untuk memberikan perintah untuk menggerakkan anggota tubuh sedangkan bagian belakang terdapat penggerak sehingga dapat merangsang hormon endrofin yaitu pusat kesenangan dan kenyamanan untuk membuat kecanduan bermain gadget yang terpola sejak awal perkembangan.

Masa sekarang ini anak senang sekali untuk bermain gadget, hingga lupa dengan dunia sekitar. Muncul permasalahan sosial yaitu kurangnya interaksi sosial yang disebabkan dari gadget. Anak cenderung individualis dan acuh terhadap lingkungan. Orang tua seharusnya bisa menyikapi hal ini, memberikan batasan dan mengembalikan anak ke dunia mereka yang sesungguhnya. Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui permainan kita pun bisa menyisipkan nilai moral dan nilai kehidupan untuk mereka. Dengan permainan tradisional seperti congklak, petak umpet, benteng, lompat tali, gobak sodor dan berbagai macam permainan tradisonal lainnya.

Hal ini juga bisa menghindarkan anak dari kejahatan yang berbasis Cyber dan anak tidak terpapar dampak buruk kejahatan cyber tersebut. Karena situs pornografi dan kekerasan pun sangat mudah diakses melalui gadget oleh anak-anak yang dapat mengakibatkan banyaknya permasalahan. Seperti contoh yang disampaikan salah satu Psikolog yang ada di RSJD Soedarwadji Klaten bahwa permasalahan terhadap adiktiv gadged pada anak-anak menjadi kasus yang paling banyak ditangani Psikolog di RS tersebut, juga pernah ada kasus anak usia TK A dan TK B hampir melakukan hubungan orang dewasa yang  segera diketahui oleh orang tua anak tersebut sebelum hal itu terjadi. Tentu hal ini menjadi keprihatinan kita semua.

Maka orang tua perlu sadar terhadap dunia maya, perlu adanya peningkatan kesadaran akan tanggungjawab orang tua dalam pengasuhan anak. Jadilah orang yang bijak bukan diperpudak dalam menyikapi perubahan jaman. Kembalikan permainan tradisional pada anak, masa kecil tanpa gadget itu indah dan tidak membosankan.